PANEN VARIETAS TAHAN TUNGRO INPARI 36 BERSAMA LOKA PENELITIAN PENYAKIT TUNGRO MAKASSAR, BPTP BALI, DAN DINAS PERTANIAN KOTA DENPASAR

Pada hari Selasa (26/10) dilaksanakan panen varietas tahan virus tungro Inpari 36. Berlokasi di Subak Padanggalak Munduk Gendang, tepatnya di Jalan Gatot Subroto Timur gang Sekar Tunjung XVIII, acara panen bersama dihadiri oleh Kepala Loka Penelitian Penyakit Tungro Makassar, Kepala BPTP Bali, serta Kepala Dinas Pertanian Kota Denpasar yang diwakili oleh Plt Sekretaris. Panen dilaksanakan pada lahan yang menerapkan Model Teknologi Penerapan Pengendalian Terpadu Biointensif Penyakit Tungro yang memadukan teknologi varietas tahan tungro, jajar legowo, pemanfaatan refugia, dan biopestisida andrometa (campuran jamur metharizium dan ekstrak sambiloto).
Dari hasil ubinan Inpari 36 diperoleh berat rata-rata 5,8 kg sehingga produktivitas mencapai 9,3 ton/ha gabah kering panen atau setara dengan 8 ton/ha gabah kering giling. Produktivitas ini sudah mendekati potensi hasil maksimal produktivitas Inpari 36 yaitu 10 ton/ha.
Dalam sambutannya, Kepala Loka Penelitian Penyakit Tungro menyatakan bahwa pihak Loka wajib memperkenalkan varietas padi Inpari 36 sebagai salah satu solusi dalam pengendalian penyakit tungro yang selama ini mengancam pertanaman padi sampai mengakibatkan puso. Dengan penanaman varietas tahan, maka petani diharapkan tidak lagi menggunakan pestisida secara berlebihan yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem sawah. Kepala BPTP selaku fasilitator kegiatan di Bali, juga menyatakan bahwa Inpari 36 layak dikembangkan di Bali terutama di daerah endemis tungro dan BPTP siap mendukung, bekerjasama dengan petani penangkar binaan di beberapa lokasi, seperti di Desa Sading, Kabupaten Badung.
Dari sudut pandang petani, perwakilan petani yang menanam Inpari 36, Gusti Putu Sudarma, menyatakan merasa puas dengan hasil dari Inpari 36 dan tertarik untuk menanamnya kembali di musim tanam yang sama di tahun depan. Sebab, petani masih belum yakin hasil produksi akan sama jika Inpari 36 ditanam di musim hujan. Belum lagi tingginya tanaman membuat petani khawatir tanaman padi akan rebah jika terkena hujan. Namun secara umum, petani hendak menanam kembali varietas ini setelah melihat produktivitas yang tinggi, selain yang terpenting yaitu karakteristiknya yang tahan terhadap serangan virus tungro.