PROFIL
PROFIL
PPID
PPID
KONTAK KAMI
KONTAK KAMI
TRANSPARANSI KEUANGAN
TRANSPARANSI KEUANGAN
GALERI
GALERI
INFORMASI
INFORMASI

MENDULANG RUPIAH DARI BAWANG MERAH DI KOTA METROPOLITAN

MENDULANG RUPIAH DARI BAWANG MERAH DI KOTA METROPOLITAN

Semua tahu kalau bawang merah adalah bumbu dasar untuk berbagai jenis masakan. Aroma yang harum dan rasa khasnya menambah kenikmatan masakan. Tak hayal, jika menjelang hari Raya Idul Fitri dan akhir tahun permintaannya meningkat tajam. Harga bawang pun turut melambung tinggi. Peluang bagi para petani untuk meraih keuntungan.

Nama keren bawang merah Allium Cepa. Bawang merah merupakan komoditas hortikultura berumur pendek dan mempunyai nilai komersial tinggi resiko tinggi. Umbi berwarna merah pucat, bentuk pipih agak bulat, berukuran kecil, diameter 1.00-2.27. dan tinggi 1.5-2.25 cm, dan berat per umbi sekitar 5-10 gram. Bawang ini bisa dipanen setelah umur 50-58 hari setelah tanam dan setelah dipanen bisa bertahan antara 3-4 bulan untuk masa penyimpanan. Umbi bawang merah memiliki rasa pedas dan aroma yang khas yang disukai oleh banyak orang Indonesia.

Ketersediaan bawang merah di pasar tidak lepas dari peran petani sebagai produsen. Permintaan tinggi perlu diimbangi dengan produksi yang tinggi pula. Di Kota Denpasar, berpenduduk heterogen permintaan akan bawang merah tentunya cukup tinggi. Suplai bawang merah masih dipenuhi dari luar Denpasar. Sementara, produksi bawang merah di Kota Denpasar pada tahun 2023 baru mencapai 277,05 ton umbi basah, daun basah setara dengan 110,82 ton. Umbi kering siap konsumsi, tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan harga bawang merah pasca Lebaran di Pasar Kreneng yang mencapai Rp 50.000,00.

Upaya menggenjot produksi bawang merah di Kota Denpasar, Pemkot melalui Dinas Pertanian, menggalakkan penanaman bawang merah dengan memberikan stimulus berupa bantuan sarana produksi kepada petani di empat kecamatan. Kecamatan Denpasar Timur, salah satu kecamatan yang petaninya menerima bantuan sarana produksi untuk luasan 1 ha. Program Dinas Pertanian berhasil memproduksi bawang merah sebanyak 30 ton umbi basah daun basah, setara 19,41 ton umbi kering panen dengan daun, setara dengan 12 ton umbi kering siap konsumsi tanpa daun.
 

Hasil produksi yang tinggi, belum tentu menjamin petani mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Perlu dipertimbangkan besaran biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi dan tenaga kerja. Karena itu, dilakukan perhitungan Gross B/C Rasio dengan metode sampling petani. Harga jual di tingkat petani saat ini Rp 20.000,00 per kg. Jika seluruh biaya diperhitungkan, termasuk biaya tenaga kerja keluarga, dan petani sebagai penggarap (sistem bagi hasil), maka Gross B/C Rasio antara 1,06 hingga 2,19. Ketika biaya tenaga kerja dalam keluarga tidak diperhitungkan, nilai Gross B/C Rasio lebih tinggi, mencapai 2,41 sampai 5,28. Artinya, usahatani budidaya bawang merah layak diusahakan karena nilai Gross B/C Rasio lebih dari 1. Perbedaan nilai ini dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan, jumlah sarana produksi yang digunakan, serta tenaga kerja yang diperlukan. Dari angka tersebut, minimal petani mendapat keuntungan bersih 6% hingga 119% dengan tetap memperhitungan tenaga kerja keluarga sebagai biaya dikeluarkan.

Komponen yang memengaruhi tingkat keuntungan petani tentunya harga jual, jumlah dan harga sarana produksi, serta biaya tenaga kerja. Tantangan dalam usahatani bawang merah adalah harga yang cenderung tidak stabil. Di waktu-waktu tertentu harga anjlok. Jadi, begitu pentingnya pemilihan momen penanaman, juga meminimalkan biaya, namun tetap mampu menghasilkan produksi maksimal. Teknologi-teknologi budidaya praktis perlu dikuasai oleh petani yang dapat diperoleh dari penyuluh pertanian sebagai pendamping utama petani di lapangan, dari sesama petani bawang merah di daerah lain, sampai media sosial. Setidaknya petani harus mengetahui perhitungan B/C ratio alias untung rugi secara sederhana. Smart farmer means high productivity, petani yang cerdas, produktivitasnya tinggi.

Penulis : Marcella Wayan Kartika Rini, SP, M.Agb.Koordinator Penyuluh Pertanian Kota Denpasar

Tags