UPAYA-UPAYA PENGENDALIAN KEPITING SAWAH Paratelphusa maculata DI KOTA DENPASAR

UPAYA-UPAYA PENGENDALIAN  KEPITING SAWAH Paratelphusa maculata DI KOTA DENPASAR
Oleh : POPT Kota Denpasar I Wayan Swastika, SP.M.Si 1. Ekobiologi Kepiting Sawah Paratelphusa maculata Kepiting ini merupakan jenis kepiting pendatang baru didaerah dataran rendah sampai tinggi, yang mempunyai sifat unik tidak seperti kepiting local. Keunikannya adalah warna tubuh hitam, dengan kapit kemerahan, membuat lobang kebawah maupun kesamping bisa mencapai kedalaman 2 meter. Tidak dapat dimakan karena rasanya pahit yang diduga beracun, dan sampai saat ini belum dijumpai musuh alaminya (pemangsa) yang menyebabkan populasinya selalu meningkat. Siklus hidup dimulai dari betina dewasa bertelur pada bagian dalam dadanya dan menampung anaknya berjumlah ribuan ekor setelah menetas sampai dia siap mencari makan sendiri. Diperlukan waktu sekitar 25 hari kepiting sudah mulai dewasa. Anak-anaknya kelihatan kalau dibuka dadanya berjumlah banyak seperti gerombolan semut. Keluar pada malam hari menyukai tempat yang banyak bahan organic dan sisa makanan yang terbuang keparit atau selokan. Lebih tertarik pada daerah yang berbau busuk dan banyak lobang aktif. Kepiting sawah saat ini cukup meresahkan petani, karena merusak infrastruktur pertanian terutama saluran irigasi dan pematang sawah petani, belum diidentifikasi sebagai Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) karena tidak/belum menyerang tanaman padi atau tanaman lain.Di Kota Denpasar kepiting ini menyebar hampir pada semua kecamatan terutama di Kec. Dentim, Denut dan Denbar, dengan populasi cukup banyak dan berkembang dengan cepat untuk itu perlu dilakukan upaya pengendalian yang tepat.karena dampak kerusakan yang ditimbulkan cukup luas seperti kurangnya air irigasi, merusak pematang dan saluran serta merusak bangunan tembok rumah yang ada disekitar saluran irigasi. Salah satu kegiatan pengendalian adalah dengan penyuluhan dan gerakkan bersama dengan melibatkan masyarakat dan instansi terkait dan perlu adanya kajian yang mendalam terhadap biologi dan manfaat kepiting selain sebagai hama. 2. Penyebaran Kepiting Sawah Paratelphusa maculata Kepiting ini pernah dilaporakan di Jembrana, di Seririt, Singaraja dan juga di Kabupaten Bangli pada daerah tersebut dilakukan upaya pengendalian seperti dengan umpan daun papaya yang ditebarkan disamping lobang aktif kepiting Karena kepiting ini merupakan jenis hama baru agar dapat dicarikan teknologi pengendalian yang tepat, mengingat perkembangannya sangat cepat dan konsep pengendalian harus seuai dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sehingga tidak berdampak negative terhadap lingkungan. 3. Beberapa Upaya Pengendalian yang Dilaksanakan di Kota Denpasar - Pengendalian secara niskala atau memohon kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa agar keberadaan yuyu terkendali dengan upacara dilakukan di Pura Sukun Desa Penatih dan di Pura Laban oleh krama subak pada subak-subak Daerah Irigasi Kedewatan. - Sosialisasi, Pembinaan, Demontrasi dan Praktik Lapangan oleh petugas dan petani pada daerah endemis seperti di Subak Saba dan sekitarnya, Kec. Denpasar Timur, Subak Pagutan Kec. Denpasar Barat, Subak Pakel I Kec. Denpasar Utara. - Pengendalian yang sudah pernah dicoba dan efektif adalah dengan pengendalian fisik/mekanik yaitu mengumpan dan menangkap kepiting pada malam hari karena kepiting keluar pada malam hari. Alat dan bahan yang digunakan adalah bubu (perangkap), lampu petromak, umpan dengan kelapa busuk, umpan dengan daun papaya yang dicincang, nasi aking atau nasi bekas (sengauk) dan dipasang pada saluran irigasi yang airnya dikecilkan atau di pematang sawah dekat lobang aktif. - Dengan menggunakan Daun Sente (Keladi hutan) yaitu daun dicincang sehingga bisa dimakan oleh kepiting. Daun yang telah dipotong tersebut ditebarkan disekitar lobang aktif pada sore hari, apabila kepiting memakannya maka dia akan mati dengan ciri-ciri kulit cakangnya akan mengelupas serta kakinya yang berbuku lepas. Hasil pengamatan dari demontrasi tersebut menunjukan banyaknya yuyu yang mati pada pagi hari. - Digunakan umpan beracun pestisida sebagai alternatif pengendalian terakhir apabila cara pengendalian diatas tidak berasil yaitu dengan nasi sengauk yang diisi racun kontak dan lambung, ditebarkan juga dekat lobang aktif kepiting. Cara ini paling mudah dilakukan, tetapi diharapkan dilakukan pada malam hari dan jauh dari hewan ternak petani, sehingga tidak menimbulkan masalah keracunan pestisida - Penggunaan Insektisida belum menunjukan gejala resurgensi yaitu memicu perkembangan yang meningkat setelah aplikasi pestisida, namun karena mungkin penggunaannya tidak tepat (dosis, cara, sasaran, waktu dan konsentrasi) bisa saja populasinya meningkat akibat terjadi kompetisi perkembangan karena tidak semuanya mati. 4. Untuk keberhasilan mengatasi Wabah Yuyu Yang Hantui Warga Kota Denpasar seharusnya dilakukan pengendalian kepiting bersama-sama oleh masyarakat secara serempak, peran aktif dari semua elemen masyarakat tidak hanya tergantung pada petugas di lapangan. Karena tanggung jawab pengendalian OPT adalah masyarakat sedangkan Pemerintah membantu apabila terjadi ledakan hama yang ekplosi dan petani tidak mampu mengendalikannya.
Share